Sejak pembukaan tahun 2014 ini, sudah berapa
kali diberitakan bencana alam dari berbagai penjuru tanah air Indonesia?
Seluruh awak media mungkin atau bahkan sudah kenyang dengan berbagai informasi
tentang keadaan alam kita yang semakin menua ini. Bermula gunung meletus
sinabung, banjir ibukota, tanah longsor jombang, dan yang baru saja kita dengar
adalah gunung kelud yang meletus dengan ketinggian laha mencapai 17.000 m.
dampak yang ditimbulkan pun tentunya tidak sedikit jumlahnya baik dari korban
yang meninggal sampai kerugian dari segi
materinya. Dalam hal ini tentunya tak satupun mau dirugikan, tak ayal
jika semua penjuru negara mengelak untuk
dijadikan penyebab bencana tersebut.
Sebagai
manusia yang sewajarnya, tentunya membela diri sendiri itu merupakan suatu hal yang signifikan
bagi setiap individu. Begitupun dengan mengelak bahwa kita sebagai penghuni
belahan dunia ini tidak mungkin bagi kita untuk merusak alam yang kita tempati
ini. Namun semua itu hanya ilusi semata. Sadar atau tidak, manusia sendirilah
yang mengakibatkan semakin tuanya alam Indonesia ini sehingga dapat kita
rasakan dampak bencana yang timbul akibat ketidak sadaran kita ini.
Bahkan dalam al-quran disebutkan bahwasannya
“telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan
mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar ” (QS. Ar-Ruum:41). Hal ini
menekankan bahwasannya kerusakan yang terjadi di alam ini tak lain juga karena
perbuatan manusia yang salah. Dan Tuhan memberikan dampak yang bisa kita
rasakan sekarang ini sebagai pelajaran akibat ulah manusia dan agar manusia
kembali pada jalan yang benar, yakni kembali membumikan prilaku yang ramah
lingkungan.
Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia
merupakan negara yang dominan dengan warga negara yang beragama muslim. Namun,
ironis sekali jika kita sebagai warga muslim hanya mengikuti status saja, bagaimana
tidak? Jika memang bisa dibuktikan bahwasannya sebagian besar penghuni belahan bumi Indonesia
ini merupakan muslim, tentunya tak sebanyak ini dampak yang bisa dirasakan. Bukankan
agama Islam mengajarkan kita sebagai pengikutnya untuk mencintai keindahan dan
kebersihan? Tapi mengapa tak sedikit dari mereka masih disibukkan untuk
membuang sampah di sungai, yang sebenarnya mereka ketahui bahwa suatu saat akan
terjadi penyumbatan saluran air yang kemudian akan mengakibatkan banjir.
Begitupun dengan pengeboran minyak yang dilakukan secara ilegal, jika itu tidak
berhasil akan menyebabkan seperti lumpur lapindo, dan yang paling biasa lagi
dengan menebangi hutan sembarangan, yang merupakan salah satu factor terjadinya
tanah longsor.
Kita semakin tergampar dengan data sementara
dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, (merdeka) bencana 1 januari
2014 hingga 16 februari 2014, tercatat 282 kejadian. Dampaknya 197 tewas, 64
luka-luka, 1,6 juta jiwa mengungsi. Selain itu, bencana juga menghabiskan
kerugian sebesar Rp. 13,87 triliun. Belum juga memasuki pertengahan tahun,
namun telah menghabiskan banyak kerugian yang harus diatasi oleh negeri kita,
tidak hanya itu, berapa banyak sudah penduduk yang harus bersedih karena
kehilangan keluarga mereka. Namun lagi-lagi tak satupun mau menjadi penyebab
bencana itu.
Adakalanya mereka meyakini bahwasannya semua
ini merupakan takdir yang telah menjadi kehendak sang kuasa, jadi kita hanya
bisa menerima dan bersabar untuk menghadapi semua ini. Memang benar, masalah
hidup mati seseorang itu merupakan kehendak sang kuasa dan tak satupun bisa
mengetahui kapan terjadinya. namun tentunya ada suatu sisi dimana kita menghadapi dan bersabar itu
membutuhkan usaha dan tekat yang kuat untuk menjadi lebih baik. Seperti
penjelasan dalam alquran karim yang artinya “Tuhan tidak akan merubah suatu
kaum sebelum kaum tersebut merubah diri mereka.” Disini dapat kita petik sebuah
pemahaman bahwasannya suatu perubahan
itu dibutuhkan usaha, sama halnya dengan seorang pelajar yang ingin pintar,
tentunya ada langkah dan prosese agar ia bisa menjadi pelajar yang pintar,
yakni dengan belajar. Begitupun dengan keadaan alam kita, jika kita menjaga dan
merawat dengan baik yang bisa disebut sebagai salah satu langkah, tentunya
kelak kita bisa merasakan kehidupan indah nan bersih seperti yang kita impikan.
Bagaimanapun salah satu factor terjadinya bencana
ini timbul akibat manusia itu sendiri. Meskipun sebagian dari mereka lebih
menyeret pihak pemerintah sebagai biang keladinya, yakni dalam hal penegasan
hukum tentang penebangan liar, pengeboran minyak secara illegal, dan
sebagainya. tentunya tak bisa dipungkiri juga bahwa sesungguhnya pemerintah
tersebut juga terdiri dari manusia- manusia sewajarnya, yang memilki titik
kesalahan yang harus diingatkan. Selain usaha pemerintah untuk menegakkan kembali peraturan yang sempat
tersisihkan, agaknya kita sebagai sesama penghuni alam ini turut serta dalam
memperhatikan kembali lingkungan disekitar kita. Alih- alih membuang sampah
pada tempatnya, atau sekedar menanam pohon disekitar rumah. Bayangkan saja,
jika setiap manusia berbuat seperti itu betapa indah dan bersih bumi pertiwi
kita ini? Tentunya kita sendirilah yang bisa merasakannya.
Hidup sejahtera di bumi
sentosa :D
No comments:
Post a Comment