Friday 11 August 2017

Seblak dan kisahnya

Siang ini aku sengaja keluar dari tempat persinggahan. Bukan maksut apa-apa sebenarnya, hanya saja aku terlanjur rapi karena mulanya ada rencana wawancara kepada seorang dosen yang kebetulan berhalangan lagi, padahal sudah janjian kedua kalinya, hemm.. Sudahlah.. Cukup terobati dengan menu seblak dan ramuan kisahnya siang ini. Hahaha 😆😁

Kekecewaanku cukup terbayar dengan adanya menu tadi. Bukan karena menu seblak saja, karena dengan cerita cerita ringan yang dituturkan oleh penjualnya. Aku memanggilnya ibu seblak. Masih muda dengan perawakan bertubuh kurus dan berkulit sawo matang. Cukup manis dengan hijabnya yang rapi, meski setiap pembeli datang ia selalu bertatap dengan kompor, wajan dan bumbu-bumbu seblaknya ia tak sedikitpun terlihat gerah dan nyaman.

Dengan harga lima ribu perak, aku sudah bisa menikmati sepiring seblak dan segelas es nutrisari. Cukup mengenyangkan dan menyenangkan duduk disana.

Mulanya aku datang dan menanyakan apakah ibu seblak yang mengirim di pondok setiap sore, ternyata bukan. Karena jika dilihat dari model kemasannya mirip sekali dengan kemasan ibu ini. Namun dengan harga yang berbeda, lima ribu oerak tanpa es. Lebih mahal daripada ini. Sembari memasakkan seblak untukku, kami pun bercerita tentang kehidupan.

Beliau adalah ibu muda, memiliki satu anak perempuan yang sekarang duduk di kelas 3 sd. Sekilas dia seperti paras ibunya, berrubuh kurus dengan kulit yang sama. Beberapa waktu suami datang dengan postur yang berbeda, lebih berisi. Pindahan dari subang jawa barat. Ibu ini asli jombang dan suami asal subang. Tinggal di subang selama 10 th dn barusaja pindah jombang dengan usaha kecil2an ini. Warung seblak.

Kembali ke percakapanku dengannya, ternyata yang mengirim seblak di pobdok adalah tetangganya sendiri yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumah dan warung tsb. Bahkan dari cerita ibu tersebut, ia yang memberikan dengan gamblang resep untuk membuat seblak tsb kepada tetangga tersebut beberapa waktu lalu. Tanpa dia tau ternyata dia (tetangga) bersaing menjual menu sama dengan model dan bentuk yang sama persis. Hanya saja bagiku citarasanya berbeda. Aku begitu haran melihatnya menceritakan hal itu, terlihat tenang tanpa sedikitpun rasa marah. Padahal sudah terlihat jelas bahwa karyanya telah 'dicontek dan bersaing' di ranah yang sama. Bedanya ibu tetangga tadi dikrim dijual di pndok, yang dikirim setiap sore. Dan yang lebih menentramkan lagi ketika ibu seblak tersebut mengatakan bahwa rejeki sudah diatur, dengan ekspresi yang terlihat sangat menenangkan.

memang benar, semua yang ada di dunia ini adalah pelajaran. Bukan hanya di bangku sekolah atau bahkan kuliah, sekedar bercakap seperti ini saja aku jari megetahui secuil dari rentetan cerita bagaimana hidup bermasyarakat. Seberapa penting kekuatan, keberanian dan kesiapan hati untuk hidup bersama masyarakat.
Semoga dilancarkan rejeki ibu ini, semoga benar diikhlaskan hatinya, amiin 😇